Menteri Abdul Mu\'ti Beri Bocoran Kurikulum Baru
Fokus pada Deep Learning dan Kurikulum yang Lebih Ramping untuk Sekolah Dasar dan Menengah
Gambar : (Ahmad Syaihu by Canva.com)
MELINTAS.ID - Dalam upaya memperbarui sistem pendidikan, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Abdul Muti membocorkan konsep baru pembelajaran bagi murid di pendidikan dasar dan menengah yang mengarah pada pemahaman mendalam atau deep learning.bahwa materi pelajaran yang diberikan selama ini terlalu padat sehingga menghambat proses belajar yang efektif. Untuk itu, pendekatan yang akan diambil adalah mengurangi volume materi namun dengan eksplorasi mendalam, memungkinkan siswa tidak hanya memahami tetapi juga mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh secara lebih mendalam. Untuk itu, pendekatan yang akan diambil adalah mengurangi volume materi namun dengan eksplorasi mendalam, memungkinkan siswa tidak hanya memahami tetapi juga mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh secara lebih mendalam. Pendekatan deep learning yang disampaikan Mu'ti menekankan pada penyampaian materi pelajaran dengan metode yang ringan namun disampaikan dengan cara yang mendalam. "Materi pelajaran mungkin ringan tetapi cara menjelaskannya mendalam," ungkapnya. Dengan metode ini, guru diberi ruang untuk berimprovisasi, mendorong pembelajaran yang lebih dinamis dan menarik bagi siswa. Hal ini diharapkan akan menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan memotivasi siswa untuk terus berkembang sesuai minat mereka. Konsep deep learning ini bukan hal baru bagi Mu'ti. Ia telah mengenal model pembelajaran serupa sejak tahun 1995 saat menempuh studi Master of Education di Flinders University, Australia.Pembelajaran mindful dalam konteks ini berarti guru harus sadar bahwa setiap murid memiliki kemampuan dan cara belajar yang berbeda. Pendekatan mindful akan membantu guru dalam memahami kebutuhan tiap siswa dan memberikan ruang untuk pengembangan individual. Dalam praktiknya, Mu’ti mengajak guru untuk membuka ruang diskusi, bahkan jika siswa bertanya di tengah-tengah pelajaran. "Tiba-tiba ada yang bertanya di tengah pelajaran, jangan dihentikan," ujarnya. Ini menunjukkan komitmen untuk mendorong partisipasi aktif siswa sehingga proses belajar tidak monoton dan mengarahkan siswa untuk berpikir kritis. Selain itu, deep learning juga mendorong adanya kontekstualisasi materi pelajaran. Artinya, pembelajaran akan dihubungkan dengan situasi nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Melalui pendekatan kontekstual ini, siswa diharapkan mampu melihat keterkaitan antara pelajaran yang mereka pelajari dengan aplikasi di kehidupan nyata.
Dalam proses kajian ulang ini, Mu'ti tidak hanya akan melibatkan pemerintah daerah, tetapi juga para ahli pendidikan, jurnalis, serta masyarakat sebagai pengguna layanan pendidikan. Hal ini dilakukan agar kebijakan yang dihasilkan lebih inklusif dan berakar dari kebutuhan nyata di lapangan. Mu'ti mengakui bahwa tantangan terbesar dalam pendidikan di Indonesia adalah keragaman kondisi pendidikan di tiap daerah. Oleh karena itu, keterlibatan berbagai pemangku kepentingan diharapkan mampu memberikan masukan yang holistik dan beragam.
Keputusan untuk menerapkan model pembelajaran berbasis deep learning juga diharapkan bisa menyelesaikan beberapa masalah yang kerap muncul dalam pendidikan dasar dan menengah, seperti kurikulum yang terlalu padat dan pendekatan pembelajaran yang kurang relevan. Dengan berfokus pada pemahaman mendalam, Mu’ti berharap bahwa pendidikan tidak lagi sekadar mengandalkan penghafalan, tetapi juga pengertian yang mendalam. Dengan model ini, siswa bisa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, serta kemampuan memecahkan masalah. Secara keseluruhan, arah baru yang ditawarkan oleh Mu'ti ini membawa harapan bagi masa depan pendidikan Indonesia. Diharapkan, langkah-langkah ini akan mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, menghasilkan generasi muda yang lebih cerdas, kreatif, dan berdaya saing tinggi.